IDA BAGUS ARNAWA

PEMAHAMAN DAN TATA CARA MELAKUKAN JAPA MANTRAM https://www.facebook.com/arlanda.brawita/posts/2092136070914739

Japa Mantra adalah pengucapan mantra yang berulang-ulang dan menggunakan bentuk simbol, lambang – lambang dan aksara suci modre yang merupakan sebuah jalan spiritual yang sangat tua, yang sudah ada sebelum weda dituliskan sebagai teks yang terutama sangat berguna bagi para sadhaka yang karena cara ini disebutkan paling gampang dan paling aman untuk pratyahara (penarikan indriya-indriya dan pikiran), dari kesadaran dunia material menuju kesadaran sejati.

Melalui pengulangan mantra sebagaimana disebutkan memutar-mutar ulang intisari kesadaran dalam diri menuju kebangkitan kesadaran dalam diri dan ketika suara mantra ini dilantunkan berulang-ulang, vibrasinya bergetar secara simultan dalam diri individu dan sistem kosmik.

Kebiasaan berjapa dengan mala yaitu 108 buah biji rudraksa diuntai dengan benang katun/kapas atau genitri bagi umat Hindu biasanya dikenal dikalangan sulinggih yang memakainya sebagai pelengkap atribut dalam berpuja.

Genetri yang digunakan oleh sulinggih diputar tiga kali dalam memohon kesidian dari UMA TATTWA DEWI. Yang dipuja disini adalah sang astadala ( sakti ) dengan simbul angka 8 dan angka satunya adalah simbul DEWA NING SAKTI yaitu dewi uma( sang prdana ).
ASTA DALLA (8 PENJURU) = 8 DEWI
MADYA SAWITRI GAYATRI = 1 DEWI

Seluruhnya adalah UMA TATTWA DEWI, dia adalah dewanya sakti. Dia adalah merupakan badan kasar dan badan halus (ANG – UNG ) Dan dia disebut SRI DEWI YA yaitu pradana yang memberikan kemuliaan.

Dalam beragama selalu bepedoman sastra agama yakni tattwa, upakara dan etika, begitupun dalam melakukan japa mantram, maka perlu pemahaman sebelum melakukan hal tersebut yang sesuai kaidah agama.

Berikut penjelasan dalam pemahaman sebelum pelaksanan japa mantram :

SIKAP DUDUK
Sikap duduk bagi laki-laki dengan sikap padmasana, bersila dimana kaki kiri dibawah dan kaki kanan diatas, dan untuk perempuan duduk dengan sikap metimpuh (bajrasana), posisi badan tegak dan pandangan kedepan.

Setelah posisi duduk sudah dilakukan maka mengucapkan mantram ‘Ong/Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmala ya namah’’.. mantra mini bersifat suatu peryataan kepada S.H.Parama Siwa, bahwa kedua kaki dan badannya sudah siap menjadi siwa lingga yang suci nirmala.

PRANAYAMA
Bagaimana proses selanjutnya, yakni dengan melakukan PRANAYAMA, sebelum melakukan pembersihan hendaknya melakukan pengaturan nafas dengan melakukan menutup hidung sebelah-sebeah secara bergantian serta mengatur pernafasan dan pemusatan pikiran berkontentrasi kepadaNya dengan kedua mata setengah terbuka, apabila ketenangan sudah ada karena renungan sudah berhasil maka pranayama DIHENTIKAN.

Maksud dari semuanya adalah merenungkan bahwa S.H. iswara keluar masuk kedalam diri dan mengunakan nafas sebagai wahana, alangkah agungnya dia, karena berbuat tanpa pamrih, dan bagaimana kalau manusia berhenti bernafas, serta manusia akan melepaskan badan dan pergi menghadapNya.

Dan disini sangat jelas manusia merenung sebagai kekaguman atas kekuasaan S.H. Paramasiwa dalam menciptakan kehidupan.

PEMBERSIHAN
Lalu melakukan PEMBERSIHAN dengan manram “Ong/Om suddayamam swaha, Ong/Om kara suddhayamam swaha”, ini disebut gerakan-gerakan dalam rangka membersihkan badan kasar dan badan halus yang disebut karasodana yang dibersihkan sekaligus yaitu yaitu padma alit dan padma agung, dalam karasodana mulai menyentuh ibu jari jari konsentrasi pikiran adalah pembersihan terhadap akasa dan kepala. Mengusap selunjuk yang dibersihkan adalah unsure panas api dan wajah, mengusap jari tengah yang dibersihkan adalah unsure angin dan hati, pengusapan jari manis yang dibersihkan adalah unsur air dan badan rahasia. Dan terakhir yang diusap adalah jari kelingking maka yang dibersihkan adalah pertiwi dan kaki.

Pembersihan suksma sarira dengan memulai dengan pembersihan hati dengan mengusap ibu jari kiri, perasaan dengan mengusap jari tengah, membersihkan seluruh sukma yang menguasai tubuh dari kepala sampai kaki dengan mengusap jari manis, dan yang terakhir jari kelngking mohon perlindungan pada sangyang baruna.

Dan yang terakhir mengusap kedua telapak tangan kanan dan kiri arti terhadap pembersihan kedua mata. Pembersihan itu terjadi karena pertemuan purusa dan perdana sehingga menimbulkan kehidupan itu.

Penciptaan kehidupan disimbulkan dengan aksara suci yakni I, A, TA, BA……..( Mantram Utpeti), dimana manusia hadir dibumi (pertiwi) dan secara nyata bahwa pertiwi yang memelihara dengan memberikan makanan dan energy, perlu dipahami bahwa pertiwi disebut ibu karena dia memelihara manusia dan manusia harus menghormati sebagai seorang ibu.

Setelah melakukan sesana yang baik dan benar berdasarkan sastra suci weda, barulah melakukan japa mantram sesuai mantram dan tata cara :
Manasika Japa = hanya dalam ingatan (dalam hati)
Upamsu Japa = dengan berbisik.
Wacika Japa = dengan bersuara yang terdengar maupun keras, atau
Ada juga dilakukan dengan gerakan (mudra) atau tulisan/gambar.
Simbul-simbul, lambang-lambang : canang atau banten, bunga, dupa.
Aksara suci : Omkara, dll.
Modre : sikap tangan/gerakan tangan.

Sumber satra :
Agra patra
Widhi tattwa
Buana kosa.
Tutur kediatmikaan, dan tattwa jenana.

Leave a comment